BAB 7
TATA NAMA DAN PERSAMAAN REAKSI
TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI KIMIA
A.Tata Nama Senyawa Sederhana
Setiap rumus kimia mempunyai nama dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dan disebut tata nama senyawa. Dengan mengetahui rumus kimia, kita dapat menuliskan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksinya dalam suatu persamaan reaksi.
Tata nama sistematik dari senyawa kimia disusun dan diatur oleh IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry atau organisasi Internasional Kimia Murni dan Terapan). Penerapan tata nama senyawa kimia meliputi senyawa – senyawa biner, poliatomik, dan ionik
Setiap rumus kimia mempunyai nama dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dan disebut tata nama senyawa. Dengan mengetahui rumus kimia, kita dapat menuliskan zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksinya dalam suatu persamaan reaksi.
Tata nama sistematik dari senyawa kimia disusun dan diatur oleh IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry atau organisasi Internasional Kimia Murni dan Terapan). Penerapan tata nama senyawa kimia meliputi senyawa – senyawa biner, poliatomik, dan ionik
1. Tata Nama Senyawa Biner yang Terdiri dari Atom Logam dan Nonlogam
Suatu senyawa dapat tersusun atas dua atau lebih unsur kimia. Senyawa yang tersusun atas dua unsur kimia disebut senyawa biner. Berikut tata nama senyawa biner yang tersusun atas unsur logam dan nonlogam.
a. Nama senyawa kimia yang terdiri dari dua unsur (senyawa biner) menggunakan akhiran –ida.
b. Unsur logam (kation) disebutkan terlebih dahulu diikuti unsur nonlogam (anion).
c. Jumlah unsur yang menyusun senyawa tidak berpengaruh terhadap penamaan senyawa.
Contoh:
KCl = kalium klorida
NaCl = natrium klorida
MgI2 = magnesium iodida
MgO = magnesium oksida
Na2S = natrium sulfida
d. Jika kation berasal dari logam yang memiliki jumlah muatan lebih dari satu, maka dibelakang nama logam (dalam bahasa Indonesia) dituliskan muatan ion dalam kurung dengan tulisan Romawi dilanjutkan dengan nama nonlogam diberi akhiran –ida.
Contoh:
FeCl2 = besi (II) klorida
FeCl3 = besi (III) klorida
CuO = Tembaga (II) oksida
Suatu senyawa dapat tersusun atas dua atau lebih unsur kimia. Senyawa yang tersusun atas dua unsur kimia disebut senyawa biner. Berikut tata nama senyawa biner yang tersusun atas unsur logam dan nonlogam.
a. Nama senyawa kimia yang terdiri dari dua unsur (senyawa biner) menggunakan akhiran –ida.
b. Unsur logam (kation) disebutkan terlebih dahulu diikuti unsur nonlogam (anion).
c. Jumlah unsur yang menyusun senyawa tidak berpengaruh terhadap penamaan senyawa.
Contoh:
KCl = kalium klorida
NaCl = natrium klorida
MgI2 = magnesium iodida
MgO = magnesium oksida
Na2S = natrium sulfida
d. Jika kation berasal dari logam yang memiliki jumlah muatan lebih dari satu, maka dibelakang nama logam (dalam bahasa Indonesia) dituliskan muatan ion dalam kurung dengan tulisan Romawi dilanjutkan dengan nama nonlogam diberi akhiran –ida.
Contoh:
FeCl2 = besi (II) klorida
FeCl3 = besi (III) klorida
CuO = Tembaga (II) oksida
2. Tata Nama Senyawa Biner yang Terdiri dari Atom Nonlogam dan Nonlogam
Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam disebut dengan senyawa kovalen biner. Cara penamaan senyawa kovalen biner adalah sama seperti senyawa ion, yaitu diberi akhiran “ida”. Jika pasangan unsur hanya membentuk satu jenis senyawa, angka indeks (jumlah atom) tidak perlu disebutkan.
Contoh:
HCl = hidrogen klorida
Beberapa pasang unsur dapat pula membentuk lebih dari satu senyawa biner. Penamaan senyawa harus disebutkan jumlah atomnya dalam angka latin dengan indeks dalam bahasa Yunani, sebagai berikut:
Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam disebut dengan senyawa kovalen biner. Cara penamaan senyawa kovalen biner adalah sama seperti senyawa ion, yaitu diberi akhiran “ida”. Jika pasangan unsur hanya membentuk satu jenis senyawa, angka indeks (jumlah atom) tidak perlu disebutkan.
Contoh:
HCl = hidrogen klorida
Beberapa pasang unsur dapat pula membentuk lebih dari satu senyawa biner. Penamaan senyawa harus disebutkan jumlah atomnya dalam angka latin dengan indeks dalam bahasa Yunani, sebagai berikut:
B. TATA NAMA SENYAWA KOVALEN BINER
Tata nama senyawa kovalen biner adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur saja dalam ikatan kovalen.
Aturan dalam pemberian nama senyawa kovalen biner:
Tata nama senyawa kovalen biner adalah senyawa yang terbentuk dari dua unsur saja dalam ikatan kovalen.
Aturan dalam pemberian nama senyawa kovalen biner:
1)Penulisan unsur pada senyawa kovalen biner diurutkan berdasarkan urutan tertentu.
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Contoh: H2O bukan OH2, NH3 bukan H3N
2) Penulisan nama kedua ditambahkan –ida dibelakangnya, dan nama unsur depan dan belakang diberi angka indeks
B – Si – C – Sb – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Contoh: H2O bukan OH2, NH3 bukan H3N
2) Penulisan nama kedua ditambahkan –ida dibelakangnya, dan nama unsur depan dan belakang diberi angka indeks
Penulisan angka indeks 1 tidak dipakai pada nama depan, dan tidak wajib pada nama belakang.
Contoh:
CO = karbon monoksida
CO2 = karbon dioksida
N2O3 = dinitrogen trioksida
N2O5 = dinitrogen pentoksida
HBr = hidrogen bromida
HF = hidrogen fluorida
CS2 = karbon disulfida
Contoh:
CO = karbon monoksida
CO2 = karbon dioksida
N2O3 = dinitrogen trioksida
N2O5 = dinitrogen pentoksida
HBr = hidrogen bromida
HF = hidrogen fluorida
CS2 = karbon disulfida
C. TATA NAMA SENYAWA ION
Tata nama senyawa ion adalah pemberian nama pada senyawa yang terbentuk dalam ikatan kation dan anion (ion).
Aturan dalam pemberian nama senyawa ion:
1) Penulisan kation didahulukan dari anion, tanpa menggunakan angka indeks.
2) Perbandingan muatan kedua unsur yang membentuk senyawa harus netral.
3) Kation logam transisi yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi (biloks) atau muatan diberi angka Romawi dalam kurung setelah nama umumnya.
Cara lain adalah dengan diberi akhiran o (muatan lebih rendah) dan akhiran i (muatan lebih tinggi) setelah nama Latinnya.
Tata nama senyawa ion adalah pemberian nama pada senyawa yang terbentuk dalam ikatan kation dan anion (ion).
Aturan dalam pemberian nama senyawa ion:
1) Penulisan kation didahulukan dari anion, tanpa menggunakan angka indeks.
2) Perbandingan muatan kedua unsur yang membentuk senyawa harus netral.
3) Kation logam transisi yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi (biloks) atau muatan diberi angka Romawi dalam kurung setelah nama umumnya.
Cara lain adalah dengan diberi akhiran o (muatan lebih rendah) dan akhiran i (muatan lebih tinggi) setelah nama Latinnya.
Beberapa jenis kation (ion positif). Ditulis menggunakan nama aslinya.
Senyawa poliatom dibentuk oleh lebih dari dua atom yang berbeda. Pada umumnya senyawa ini dibentuk oleh ion-ion poliatomik. Ion-ion poliatomik itu sendiri adalah ion-ion yang terdiri atas dua atom atau lebih yang terikat bersama, umumnya dijumpai tersusun atas unsur-unsur nonlogam.
Nama senyawa ion poliatomik adalah gabungan nama kation, nama anion dan angka indeks tidak disebutkan. Senyawa ion bersifat netral, jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negatif.
Contoh:
NaClO = natrium hipoklorit
KMnO4 = kalium permanganat
CaCO3 = kalsium karbonat
KNO3 = kalium nitrat
Contoh:
NaClO = natrium hipoklorit
KMnO4 = kalium permanganat
CaCO3 = kalsium karbonat
KNO3 = kalium nitrat
E. TATA NAMA ASAM DAN BASA
Tata nama asam merupakan pemberian nama senyawa yang terbentuk karena senyawa berikatan dengan kation H+.
Aturan dalam pemberian nama asam:
1) Asam memiliki kation H+ dalam senyawanya, sehingga ditulis didepan.
2) Kation H+ biasanya tidak ditulis hidrogen, melainkan asam.
Contoh:
H2SO4 = asam sulfat
HNO3 = asam nitrat
Tata nama basa merupakan pemberian nama senyawa yang terbentuk karena senyawa berikatan dengan anion OH-.
Aturan dalam pemberian nama basa:
1) Basa memiliki anion OH- dalam senyawanya, sehingga ditulis dibelakang.
2) Anion OH- ditulis sebagai hidroksida pada kata terakhir.
Contoh:
Mg(OH)2 = magnesium hidroksida
Fe(OH)2 = besi (II) hidroksida
Tata nama asam merupakan pemberian nama senyawa yang terbentuk karena senyawa berikatan dengan kation H+.
Aturan dalam pemberian nama asam:
1) Asam memiliki kation H+ dalam senyawanya, sehingga ditulis didepan.
2) Kation H+ biasanya tidak ditulis hidrogen, melainkan asam.
Contoh:
H2SO4 = asam sulfat
HNO3 = asam nitrat
Tata nama basa merupakan pemberian nama senyawa yang terbentuk karena senyawa berikatan dengan anion OH-.
Aturan dalam pemberian nama basa:
1) Basa memiliki anion OH- dalam senyawanya, sehingga ditulis dibelakang.
2) Anion OH- ditulis sebagai hidroksida pada kata terakhir.
Contoh:
Mg(OH)2 = magnesium hidroksida
Fe(OH)2 = besi (II) hidroksida
F. TATA NAMA SENYAWA ORGANIK
Tata nama senyawa organik adalah tata nama senyawa karbon dengan sifat tertentu, dan ditulis dengan nama lazim.
Tata nama senyawa organik adalah tata nama senyawa karbon dengan sifat tertentu, dan ditulis dengan nama lazim.
Kita mengenal perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan fisika yaitu perubahan yang tidak menghasilkan zat baru sedangkan perubahan kimia menghasilkan zat baru. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Contoh perubahan kimia yang dapat diamati di lingkungan kita yaitu kayu dibakar menjadi arang dan besi berkarat.
Reaksi kimia dapat diamati karena adanya perubahan dari warna zat mula-mula. Selain perubahan warna, ada gejala lain yang menunjukkan terjadinya reaksi kimia, yaitu perubahan wujud, suhu, adanya gas, atau terbentuknya endapan.
Reaksi kimia dapat diamati karena adanya perubahan dari warna zat mula-mula. Selain perubahan warna, ada gejala lain yang menunjukkan terjadinya reaksi kimia, yaitu perubahan wujud, suhu, adanya gas, atau terbentuknya endapan.
Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan rumus kimia. Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi. Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara kedua ruas itu dihubungkan dengan tanda panah ( → ) yang menyatakan arah reaksi kimia. Persamaan reaksi menunjukkan perubahan jenis dan jumlah atom-atom yang bereaksi, serta hasil reaksinya. Persamaan reaksi digunakan untuk mempersingkat penulisan bahasa sehari-hari untuk menjelaskan proses reaksi kimia.
Contoh:
Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida. Persamaan reaksinya adalah:
Magnesium + klorin → magnesium klorida, atau dapat dituliskan dengan rumus kimia menjadi:
Mg + Cl2 → MgCl2
Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida. Persamaan reaksinya adalah:
Magnesium + klorin → magnesium klorida, atau dapat dituliskan dengan rumus kimia menjadi:
Mg + Cl2 → MgCl2
Hal-hal yang digambarkan dalam persamaan reaksi adalah rumus kimia zat-zat pereaksi (reaktan) di sebelah kiri tanda panah dan zat-zat hasil reaksi (produk) di sebelah kanan tanda panah. Anak panah dibaca yang artinya “membentuk” atau “bereaksi menjadi”. Wujud atau keadaan zat-zat pereaksi dan hasil reaksi ada empat macam, yaitu gas (g), cairan (liquid atau l), zat padat (solid atau s) dan larutan (aqueous atau aq).
Bilangan yang mendahului rumus kimia zat-zat dalam persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi diberikan untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Selain untuk menyetarakan persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan paling sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi.
Misalnya, reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air sebagai berikut.
Pereaksi atau reaktan Hasil reaksi/produk
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l)
↓ ↓ ↓
koefisien H2 = 2 koefisien O2 = 1 koefisien H2O = 2
PEREAKSI /REAKTAN HASIL/PRODUK
Bilangan yang mendahului rumus kimia zat-zat dalam persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi diberikan untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Selain untuk menyetarakan persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan paling sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi.
Misalnya, reaksi antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air sebagai berikut.
Pereaksi atau reaktan Hasil reaksi/produk
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(l)
↓ ↓ ↓
koefisien H2 = 2 koefisien O2 = 1 koefisien H2O = 2
PEREAKSI /REAKTAN HASIL/PRODUK
Berdasarkan persamaan reaksi di atas, berarti 2 molekul hidrogen bereaksi dengan 1 molekul oksigen membentuk 2 molekul H2O. Oleh karena itu sebaiknya dihindari koefisien pecahan karena dapat memberi pengertian seolah – olah partikel materi (atom atau molekul) dapat dipecah.
Ketentuan persamaan reaksi:
a. Jumlah atom-atom reaktan dan produk harus sama dan tidak boleh ada satu atom pun yang hilang.
b. Setelah rumus unsur/senyawa reaktan atau produk, ditulis wujud zat sewaktu reaksi.
-Jika berwujud padat ditulis (s) atau solid.
-Jika berwujud cair ditulis (l) atau liquid.
-Jika berwujud gas ditulis (g) atau gas.
-Jika berbentuk larutan ditulis (aq) atau aqueous.
Contoh:
Logam natrium bereaksi dengan air membentuk larutan natrium hidroksida dan gas hidrogen.
Na(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2(g)
a. Jumlah atom-atom reaktan dan produk harus sama dan tidak boleh ada satu atom pun yang hilang.
b. Setelah rumus unsur/senyawa reaktan atau produk, ditulis wujud zat sewaktu reaksi.
-Jika berwujud padat ditulis (s) atau solid.
-Jika berwujud cair ditulis (l) atau liquid.
-Jika berwujud gas ditulis (g) atau gas.
-Jika berbentuk larutan ditulis (aq) atau aqueous.
Contoh:
Logam natrium bereaksi dengan air membentuk larutan natrium hidroksida dan gas hidrogen.
Na(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2(g)
H. Penyetaraan Reaksi
Suatu persamaan reaksi dikatakan benar jika memenuhi hukum kimia, yaitu zat-zat yang terlibat dalam reaksi harus setara, baik jumlah zat maupun muatannya.
Banyak reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak, akan tetapi sebagai permulaan dapat mengikuti langkah berikut:
1. Pilihlah satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama dengan 1.
2. Zat-zat yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
3. Setarakan dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi koefisien 1.
4. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling akhir.
Suatu persamaan reaksi harus disetarakan agar sesuai dengan hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa: “dalam setiap reaksi kimia, jumlah massa zat – zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Maka, tidak ada atom unsur yang terhilang atau tercipta setelah reaksi kimia berlangsung. Jadi, dalam reaksi kimia hanya terjadi penataulangan atom – atom pereaksi membentuk zat baru sebagai hasil reaksi. Sehingga, suatu persamaan reaksi memiliki jumlah atom yang sama pada sebelum dan sesudah reaksi.
Suatu persamaan reaksi dikatakan benar jika memenuhi hukum kimia, yaitu zat-zat yang terlibat dalam reaksi harus setara, baik jumlah zat maupun muatannya.
Banyak reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak, akan tetapi sebagai permulaan dapat mengikuti langkah berikut:
1. Pilihlah satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama dengan 1.
2. Zat-zat yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
3. Setarakan dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi koefisien 1.
4. Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling akhir.
Suatu persamaan reaksi harus disetarakan agar sesuai dengan hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa: “dalam setiap reaksi kimia, jumlah massa zat – zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”. Maka, tidak ada atom unsur yang terhilang atau tercipta setelah reaksi kimia berlangsung. Jadi, dalam reaksi kimia hanya terjadi penataulangan atom – atom pereaksi membentuk zat baru sebagai hasil reaksi. Sehingga, suatu persamaan reaksi memiliki jumlah atom yang sama pada sebelum dan sesudah reaksi.
Penyetaraan reaksi adalah menyamakan jumlah atom di kiri dan kanan persamaan reaksi, agar menemukan koefisien reaksi tersebut.
Contoh: Reaksi berikut belum setara
Ca(OH)2 (aq) + H3PO4 (aq)
d Ca3(PO4)2 (aq) + H2O(l)
Langkah dalam penyetaraan reaksi:
1. Tentukan atom-atom yang belum setara.
-Atom Ca belum setara,
-Atom P belum setara,
-Atom H belum setara,
-Atom O belum setara.
2. Setarakan atom dengan urutan kation, anion, hidrogen, lalu oksigen.Biasanya, oksigen akan otomatis setara setelah seluruh atom setara.
3. Selain itu, tetapkan salah satu zat apapun untuk memiliki koefisien tetap, dan yang lain memiliki koefisien sementara untuk mempermudah penyetaraan.
Hasil penyetaraan reaksi:
3 Ca(OH)2 (aq) + 2 H3PO4 (aq)
d Ca3(PO4)2 (aq) + 6 H2O(l)
Perbandingan koefisien reaksi diatas adalah 3 : 2 : 1 : 6, dengan total atom:
-Atom Ca telah setara (total 3),
-Atom P telah setara (total 2),
-Atom H telah setara (total 12),
-Atom O telah setara (total 14).
Contoh: Reaksi berikut belum setara
Ca(OH)2 (aq) + H3PO4 (aq)
d Ca3(PO4)2 (aq) + H2O(l)
Langkah dalam penyetaraan reaksi:
1. Tentukan atom-atom yang belum setara.
-Atom Ca belum setara,
-Atom P belum setara,
-Atom H belum setara,
-Atom O belum setara.
2. Setarakan atom dengan urutan kation, anion, hidrogen, lalu oksigen.Biasanya, oksigen akan otomatis setara setelah seluruh atom setara.
3. Selain itu, tetapkan salah satu zat apapun untuk memiliki koefisien tetap, dan yang lain memiliki koefisien sementara untuk mempermudah penyetaraan.
Hasil penyetaraan reaksi:
3 Ca(OH)2 (aq) + 2 H3PO4 (aq)
d Ca3(PO4)2 (aq) + 6 H2O(l)
Perbandingan koefisien reaksi diatas adalah 3 : 2 : 1 : 6, dengan total atom:
-Atom Ca telah setara (total 3),
-Atom P telah setara (total 2),
-Atom H telah setara (total 12),
-Atom O telah setara (total 14).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar